Gurun Sahara Artinya

Gurun Sahara Artinya

Dulunya Dataran Hijau

Foto: Gurun Sahara (openaccessgovernment.org)

Dulu subur dan hijau, rumah bagi berbagai tanaman dan hewan.

Perubahan itu terjadi kira-kira 5000 tahun yang lalu, karena perubahan kemiringan bumi secara bertahap.

Para ahli memperkirakan, di masa depan, beberapa titik di Sahara akan kembali hijau.

Foto: Gurun Terpanas (kimkim.com)

Sahara adalah gurun terpanas di dunia dengan salah satu iklim paling keras.

Suhu rata-rata tahunan adalah 30°C, sedangkan suhu terpanas yang pernah tercatat adalah 58 derajat Celsius.

Daerah tersebut menerima sedikit curah hujan.

Faktanya, setengah dari Gurun Sahara menerima kurang dari 1 inci hujan setiap tahun.

Meskipun banyak yang menganggap Sahara sebagai iklim yang selalu panas, namun suhu bisa menurun drastis saat malah hari.

Bahkan, bisa mencapai titik terendah hingga 6°C. Ini terjadi karena kurangnya kelembapan di daerah tersebut.

Sahara lebih dari sekadar pasir, faktanya sebagian besar Sahara terdiri dari dataran tinggi berbatu...

Sahara adalah gurun panas yang terbesar di dunia dan mencakup hampir sebagian besar wilayah dari Afrika Utara. Walaupun sudah terkenal, nyatanya tidak banyak orang yang mengetahui terkait dengan fakta di balik Gurun Sahara ini.

Fakta-fakta tersebut tentunya dapat membuat Anda tercengang dan menambah pengetahuan terkait dengan Sahara. Apakah Anda ingin mengetahuinya lebih jauh lagi? Tentunya Anda harus membaca ulasan ini hingga selesai.

Penduduk Gurun Sahara

Sekitar 2,5 juta orang menjadikan Gurun Sahara sebagai rumah mereka, sebagian besar berasal dari suku Berber atau Arab. Meskipun kondisi keras di gurun ini, sejumlah besar penduduk Sahara hidup di pemukiman permanen yang terletak di dekat sumber air yang langka namun sangat berharga. Mereka membangun kehidupan mereka di sekitar oase dan mata air yang dapat memberikan pasokan air yang vital untuk pertanian dan kehidupan sehari-hari.

Selain itu, sebagian besar dari mereka mengadopsi gaya hidup nomaden, menjalani kehidupan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain dengan kawanan domba, kambing, atau unta. Gaya hidup nomaden ini memberikan fleksibilitas bagi mereka untuk mencari sumber daya yang langka di tengah gurun yang keras. Mereka memanfaatkan kebijakan transhumance, yaitu perpindahan musiman hewan ternak mereka, untuk mengoptimalkan penggunaan lahan yang terbatas sambil tetap menjaga keberlanjutan sumber daya alam di Gurun Sahara. Gaya hidup ini mencerminkan adaptasi yang kuat terhadap kondisi ekstrem gurun dan tradisi yang telah berlangsung selama berabad-abad.

Bukan gurun terluas di Bumi

Gurun Sahara sering dianggap sebagai gurun terluas dan terpanas di dunia. Namun, jika kriteria diukur berdasarkan curah hujan tahunan rata-rata kurang dari 250 milimeter, maka Gurun Antartika memenuhi syarat sebagai gurun terbesar di dunia. Hal ini karena Gurun Antartika memiliki luas sekitar 14,2 juta kilometer persegi, sedangkan Gurun Sahara hanya memiliki luas sekitar 8,6 juta kilometer persegi.

Gurun Antartika adalah benua yang ditutupi oleh lapisan es yang luas, dan sebagian besar wilayahnya jarang sekali menerima curah hujan. Beberapa daerah di Antartika, seperti McMurdo Dry Valleys, diyakini tidak menerima curah hujan sama sekali dalam rentang waktu 14 juta tahun. Kondisi ini menjadikan Gurun Antartika sebagai gurun terluas di dunia, meskipun karakteristiknya sangat berbeda dengan gurun panas yang kering. Meskipun kondisinya berbeda dengan gurun panas yang kering, Gurun Antartika dengan kekeringan dan suhu ekstremnya membuktikan bahwa karakteristik gurun dapat ditemui di berbagai bentuk dan lingkungan di seluruh dunia. Gurun Antartika adalah contoh nyata bahwa gurun tidak selalu identik dengan gurun pasir yang kering dan panas.

Gurun Sahara adalah salah satu gurun paling ikonik di dunia. Dengan luasnya yang sangat besar dan karakteristiknya yang unik, gurun ini telah menjadi saksi bisu perjalanan panjang sejarah manusia. Meskipun sering dianggap sebagai gurun terluas di dunia, Gurun Sahara ternyata bukanlah yang terbesar. Namun, hal ini tidak mengurangi keistimewaan gurun ini, dan justru menjadikannya semakin menarik untuk dipelajari.

Baca Juga: 5 Hewan Unik yang Hidup di Gurun Sahara, Ada Hewan Berbahaya!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Schoolmedia News, Aljazair – Jika mendengar nama Gurun Shara pasti yang ada dibenak kita adalah padang pasir yang kering dan panas. Gurun Sahara adalah padang pasir kering terbesar dunia. Gurun ini juga menjadi salah satu destinasi menarik dunia. Nama Sahara berasal dari bahasa Arab, Sahara. Artinya sendiri adalah padang pasir. Sahara membentang di utara Afrika dengan segala keunikannya.

Namun pernahkah kamu melihat Gurun Sahara bersalju? Gurun Sahara diselimuti salju dengan suhu di bawah titik beku pada 13 Januari 2021. Dikutip dari New York Post, Jumat (29/1/2020) 18 Januari 2021, salju juga turun di dekat kota gurun Ain Sefra di Aljazair pada minggu ini. Seorang fotografer, Karim Bouchetata, mengambil foto luar biasa dari es yang menutupi pasir di kota kecil Gurun Sahara.

Peristiwa langka itu terjadi keempat kalinya dalam 42 tahun terakhir di Gurun Sahara yang meliputi area seluas 3.600.000 mil persegi, hampir seluas Amerika Serikat. Insiden hujan salju pertama di kota gurun Sahara Ain Sefra tercatat pada tahun 1979, diikuti pada Desember 2016 dan Januari 2018 ketika gurun tersebut dilaporkan tertutup salju setinggi 16 inci.

Baca juga: Kisah William Lei Ding Dirikan NetEase dengan 3 Karyawan

Foto yang diambil oleh fotografer Aljazair, Karim Bouchetata di atas, menunjukkan pola unik di bukit pasir yang dipenuhi salju. Foto inilah yang kemudian menjadi viral. Ia menggambarkannya sebagai "lukisan embun beku" yang indah di bukit pasir, yang dapat disaksikan di kota Ain Sefra, Provinsi Naâm. Ia pula yang mendokumentasikan hujan salju pada 7 Januari 2018 yang saat itu menjadi viral.

Kota Ain Sefra juga dikenal sebagai "Gerbang Menuju Gurun", karena berada sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut dan dikelilingi oleh Pegunungan Atlas. Dilansir dari Indian Express , penduduk setempat dikejutkan karena suhu minggu lalu turun menjadi -3 celcius. Sementara itu, di Arab Saudi, Al Arabiya melaporkan bahwa penduduk setempat juga dikejutkan dengan hujan salju di wilayah Asir di barat daya Arab Saudi, tepatnya di Gubernuran Balsamer, setelah 50 tahun fenomena tersebut pernah terjadi.

Menurut situs resmi kantor berita Saudi Press SPA, bagian utara wilayah Tabuk di Kerajaan Arab Saudi, juga menyaksikan "gelombang kutub" pada minggu lalu. Hal tersebut juga menimbulkan hujan salju lebat. Orang-orang di media sosial mulai membagikan foto mereka sedang membangun manusia salju dan duduk di dekat api di gurun yang tertutup salju, di atas dataran yang sangat dingin.

SAHARA adalah gurun panas yang membentang sepanjang Afrika Utara. Panjangnya sekitar 3.000 mil dan membentang dari Laut Merah di timur hingga Samudra Atlantik di barat. Sahara berbatasan di utara dengan Laut Mediterania dan Sahel di selatan.

Ada apa saja di gurun yang panas itu? Dilansir dari Britannica, vegetasi Sahara umumnya jarang. Konsentrasi rerumputan, semak, dan pepohonan tersebar di dataran tinggi, cekungan oasis, dan sepanjang wadi.

Berbagai halofit atau tanaman toleran garam ditemukan di cekungan garam. Beberapa rerumputan, herba, semak kecil, dan pepohonan yang tahan terhadap panas dan kekeringan ditemukan di dataran tinggi Sahara yang kurang mendapat air. Vegetasi Sahara sangat penting karena banyak adaptasi yang tidak biasa terhadap curah hujan yang tidak dapat diandalkan.

Baca juga : Badai Hujan Hijaukan Gurun Sahara

Hal itu terlihat secara beragam dalam morfologi, termasuk struktur akar, berbagai adaptasi fisiologis, preferensi lokasi, hubungan ketergantungan dan afinitas, serta strategi reproduksi.

Ternyata ada juga tumbuhan berkayu peninggalan dataran tinggi Sahara yang menonjol. Sebut saja, spesies pohon zaitun, cemara, dan damar wangi. Tanaman berkayu lain yang ditemukan di dataran tinggi dan tempat lain di gurun termasuk spesies Akasia dan Artemisia, palem doum, oleander, kurma, dan thyme.

Rumput yang tersebar luas di Sahara antara lain spesies Aristida, Eragrostis, dan Panicum. Aeluropus littoralis dan rumput toleran garam lain ditemukan di sepanjang pantai Atlantik. Berbagai kombinasi ephemeral membentuk padang rumput musiman penting yang disebut acheb.

Baca juga : Urutan Takson Tumbuhan dan Hewan dari Kelompok Terbesar ke Terkecil

Pada abad ke-21, pengakuan bahwa Sahara dan wilayah perbatasannya di selatan, Sahel, semakin mengarah ke selatan karena penggurunan memunculkan upaya untuk menghentikan pergerakan tersebut. Adapun yang paling menonjol ialah Tembok Hijau Besar untuk Inisiatif Sahara dan Sahel.

Gagasan yang mendasari lahirnya inisiatif ini pertama kali dicetuskan pada 2005 dan kemudian dikembangkan lebih lanjut dengan bantuan dari Uni Afrika dan organisasi internasional lain. Hal ini mencakup rencana untuk menanam pohon-pohon asli yang tahan kekeringan di wilayah seluas 9 mil dari tepi barat hingga tepi timur benua tersebut, sehingga menciptakan penghalang untuk menjaga gurun agar tidak merambah lebih lanjut ke selatan lahan tersebut.

Fauna tropis peninggalan Sahara utara termasuk ikan lele tropis dan kromida yang ditemukan di Biskra, Aljazair, dan oasis terpencil di Sahara; kobra dan buaya kerdil mungkin masih ada di daerah aliran sungai terpencil di Pegunungan Tibesti.

Baca juga : Republik Islam Iran Sejarah Singkat, Agama, Daratan, dan Iklim

Sementara yang lebih tidak kentara yaitu hilangnya spesies yang beradaptasi dengan baik dan lebih mudah bergerak akibat senjata api canggih dan perusakan habitat yang dilakukan manusia. Gajah Afrika Utara punah pada zaman Romawi. Singa, burung unta, dan spesies lain ditemukan di pinggiran utara gurun tersebut pada akhir 1830.

Addax terakhir di Sahara utara dibunuh pada awal 1920-an. Penyusutan serius antelop ini juga terjadi di pinggiran selatan dan di pegunungan tengah.

Di antara spesies mamalia yang masih ditemukan di Sahara ialah gerbil, jerboa, cape hare, dan landak gurun, domba barbar dan kijang bertanduk pedang, dorcas gazelle, rusa dama, dan keledai liar Nubia, babon anubis, hyena tutul, serigala biasa dan rubah pasir, serta musang belang libia dan luwak ramping.

Baca juga : Sejarah Penguin Puluhan Juta Tahun Lalu yang Dapat Terbang

Kehidupan burung di Sahara melebihi 300 spesies. Zona pesisir dan perairan pedalaman menarik banyak spesies burung air dan pantai. Di antara spesies yang ditemui di daerah pedalaman ialah burung unta, berbagai raptor burung sekretaris, ayam guinea dan bustard Nubia, burung hantu elang gurun dan burung hantu gudang, burung pasir, dan martin karang pucat dan burung gagak berleher cokelat dan berekor kipas.

Katak, kodok, dan buaya hidup di danau dan kolam Sahara. Kadal, bunglon, kadal, dan ular kobra ditemukan di antara bebatuan dan bukit pasir. Danau dan kolam di Sahara juga mengandung ganggang dan udang air asin serta krustasea lain.

Berbagai siput yang menghuni gurun merupakan sumber makanan penting bagi burung dan hewan. Siput gurun bertahan hidup melalui aestivasi atau dormansi, sering kali tidak aktif selama beberapa tahun sebelum dihidupkan kembali oleh curah hujan.

Baca juga: Ada Berapa Benua di Dunia Ini Penjelasannya

Meskipun seluas Amerika Serikat, Sahara diperkirakan hanya dihuni sekitar 2,5 juta jiwa. Kawasan yang luas sepenuhnya kosong, tetapi terdapat sedikit vegetasi yang dapat mendukung hewan penggembalaan atau sumber air yang dapat diandalkan, kelompok penduduk yang tersebar dapat bertahan hidup dalam keseimbangan ekologi yang rapuh dengan salah satu lingkungan paling keras di bumi.

Jauh sebelum sejarah tercatat, Sahara jelas lebih banyak dihuni. Artefak batu, fosil dan seni cadas, tersebar luas di wilayah yang kini terlalu kering untuk dihuni, mengungkap keberadaan manusia di masa lalu, serta hewan buruan, termasuk antelop, kerbau, jerapah, gajah, badak, dan babi hutan.

Tombak tulang, kumpulan cangkang, dan sisa-sisa ikan, buaya, dan kuda nil dikaitkan dengan permukiman prasejarah di sepanjang tepi danau Sahara kuno. Di antara beberapa kelompok, perburuan dan penangkapan ikan tunduk pada penggembalaan nomaden, setelah hewan peliharaan muncul di Sahara hampir 7.000 tahun yang lalu.

Baca juga: Pengertian Benua dan Awal Mula serta Perbedaan Jumlahnya

Kelompok penggembala ternak di wilayah Tenere di Niger diyakini berasal dari leluhur Berber atau leluhur Zaghawa. Domba dan kambing tampaknya diperkenalkan oleh kelompok yang terkait dengan budaya Capsian di Afrika timur laut.

Bukti langsung mengenai pertanian pertama kali muncul sekitar 6.000 tahun yang lalu dengan budi daya jelai dan gandum emmer di Mesir. Ini tampaknya diperkenalkan dari Asia.

Bukti domestikasi tanaman asli Afrika pertama kali ditemukan pada tembikar sekitar 1000 SM yang ditemukan di Mauritania. Para penggarap telah dikaitkan dengan Gangara, nenek moyang Soninke modern.

Baca juga: 10 Negara Pertama Akui Kemerdekaan Indonesia

Bukti arkeologis menunjukkan bahwa Sahara semakin banyak dihuni oleh beragam populasi dan domestikasi tumbuhan dan hewan mengarah pada spesialisasi pekerjaan. Meskipun kelompok-kelompok tersebut hidup terpisah, kedekatan permukiman menunjukkan ada peningkatan saling ketergantungan ekonomi.

Perdagangan luar negeri juga berkembang. Tembaga dari Mauritania telah sampai ke peradaban Zaman Perunggu di Mediterania pada milenium ke-2 SM. Perdagangan semakin intensif dengan munculnya peradaban Zaman Besi di Sahara pada abad ke-1 SM, termasuk peradaban yang berpusat di Nubia.

Mobilitas pengembara yang lebih besar memfasilitasi keterlibatan mereka dalam perdagangan trans-Sahara. Meningkatnya kekeringan di Sahara terlihat pada peralihan dari sapi dan kuda ke unta.

Baca juga: Perayaan Maulid Nabi di Mekah Zaman Dulu

Meskipun unta sudah digunakan di Mesir pada abad ke-6 SM, keunggulan mereka di Sahara baru muncul pada abad ke-3 Masehi. Penghuni oasis di Sahara semakin menjadi sasaran serangan Sanhaja dan pengembara menunggang unta lain. Banyak dari mereka memasuki gurun untuk menghindari anarki dan peperangan pada akhir periode Romawi di Afrika Utara.

Banyak penghuni oasis yang tersisa, di antaranya Haratin, ditaklukkan oleh para pengembara.

Ekspansi Islam ke Afrika Utara antara abad ke-7 dan ke-11 mendorong tambahan kelompok Berber serta kelompok Arab yang ingin mempertahankan kepercayaan tradisional untuk pindah ke Sahara. Islam akhirnya berkembang melalui jalur perdagangan menjadi kekuatan sosial yang dominan di gurun pasir.

Meskipun terdapat keragaman budaya yang besar, masyarakat Sahara cenderung dikategorikan sebagai penggembala, petani menetap, atau spesialis seperti pandai besi, penggembala, dan petani. Pastoralisme, yang sampai taraf tertentu selalu nomaden, terjadi di tempat yang padang rumputnya terbatas, seperti di daerah marginal, di perbatasan pegunungan, dan di wilayah barat yang sedikit lembap.

Baca juga: Tiga Ulama Indonesia yang Menjadi Imam Masjidil Haram

Sapi muncul di sepanjang perbatasan selatan dengan Sahel. Namun domba, kambing, dan unta ialah makanan andalan di gurun pasir. Kelompok pastoral utama termasuk Regeibat di barat laut Sahara dan Chaamba di Sahara Aljazair utara. Secara struktur hierarki, kelompok pastoral yang lebih besar dulu mendominasi gurun.

Peperangan dan penggerebekan merupakan hal yang mewabah dan pada periode kekeringan terjadi migrasi besar-besaran untuk mencari padang rumput yang mengakibatkan hilangnya banyak hewan. Suku Tuareg terkenal karena sifat suka berperang dan kemandirian mereka. Meskipun beragama Islam, mereka tetap menganut organisasi matriarkal dan perempuan Tuareg memiliki tingkat kebebasan yang luar biasa.

Kelompok Moor di sebelah barat dulu memiliki konfederasi suku yang kuat. Suku Teda, dari Tibesti dan daerah perbatasan selatannya, sebagian besar ialah penggembala unta yang terkenal karena kemandirian dan ketahanan fisik mereka.

Baca juga: 13 Tokoh Penjelajah Samudra pada Abad Pertengahan

Di gurun pasir, pekerjaan menetap terbatas pada oasis. Irigasi hanya memungkinkan penanaman kurma, delima, dan pohon buah-buahan lain secara terbatas. Budi daya dilakukan di kebun kecil yang dikelola dengan banyak tenaga kerja tangan. Irigasi memanfaatkan aliran sungai sementara di daerah pegunungan, kolam permanen, foggaras, mata air, dan sumur.

Beberapa air tanah dangkal bersifat artesis, tetapi sering kali diperlukan alat pengangkat air. Metode kuno seperti shadoof dan noria yang digerakkan oleh hewan digantikan oleh pompa bermotor di oasis yang lebih mudah diakses.

Ketersediaan air sangat membatasi perluasan oasis dan di beberapa wilayah penggunaan air yang berlebihan menyebabkan penurunan permukaan air secara serius. Salinisasi tanah akibat penguapan yang sangat besar dan penguburan dengan pasir yang merambah merupakan bahaya lebih lanjut.

Baca juga: Sekilas Penjelajahan Ibnu Batutah

Selama abad dominasi kolonial atas Sahara, yang berlangsung dari pertengahan abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20, hanya terdapat sedikit perubahan mendasar, kecuali pengamanan militer, kekuatan kolonial tidak begitu tertarik pada pembangunan ekonomi di wilayah yang tampaknya tidak menjanjikan. Namun, setelah Perang Dunia II, penemuan minyak khususnya menarik minat dan investasi internasional.

Dalam beberapa tahun penemuan besar telah dilakukan, khususnya di bidang sumber daya mineral. Mineral logam punya kepentingan ekonomi yang cukup besar. Aljazair memiliki beberapa simpanan besar bijih besi dan cadangan di Gunung Ijill, Mauritania bagian barat, sangat besar atau simpanan yang kurang luas telah ditemukan di Mesir, Tunisia, Maroko, Sahara Barat, dan Niger.

Dekat Akjoujt, di barat daya Mauritania, terdapat sejumlah besar bijih tembaga. Deposit mangan yang luas terjadi di selatan Bechar, Aljazair. Uranium tersebar luas di Sahara dan sangat penting di Niger.

Baca juga: Benua Asia Letak, Luas, dan Negara-Negara di Dalamnya

Sejumlah besar mineral penting secara ekonomi lain ditemukan di wilayah Ahaggar, Air, Tibesti, dan Eglab. Deposit fosfat yang kaya terdapat di Maroko dan Sahara Barat serta deposit lebih kecil ditemukan di tempat lain.

Sumber daya bahan bakar meliputi batu bara, minyak, dan gas alam. Sumber batu bara termasuk lapisan antrasit di Maroko dan ladang bitumen dekat Béchar. Menyusul penemuan minyak di dekat In-Salah, Aljazair, setelah Perang Dunia II, cadangan besar telah ditemukan di Gurun Barat Mesir, Libia timur laut, dan Aljazair timur laut.

Cadangan kecil terdapat di Tunisia dan Maroko, serta di Chad, Niger, dan Sudan di selatan. Deposit serpih minyak juga telah ditemukan di Sahara. Ladang gas alam utama dieksploitasi di Aljazair dan Mesir serta ladang gas kecil terdapat di Libia dan Tunisia.

Sebagai hasil dari eksplorasi geologi dan minyak, cadangan air bawah tanah dalam jumlah besar juga ditemukan di sejumlah cekungan sedimen, terutama dalam formasi batupasir. Beberapa air yang dapat diperoleh kembali juga terdapat dalam formasi pasir permukaan. Namun, perkembangan ekonomi di gurun pasir memberikan kesulitan yang sangat besar dan tidak mengubah Sahara tradisional.

Ekstraksi minyak dan bijih telah membawa teknologi modern dan komunikasi yang lebih baik ke lokasi-lokasi yang tersebar. Namun kegiatan-kegiatan tersebut memberikan peluang terbatas bagi lapangan kerja lokal. Meskipun pendapatan dari minyak menawarkan sarana untuk pengembangan gurun, keuntungan yang lebih cepat dan menarik dari wilayah pesisir yang berpenduduk cenderung menjadi prioritas.

Air bawah tanah menawarkan kemungkinan pengembangan besar baik di bidang pertanian maupun industry. Namun eksploitasi dalam skala besar akan memakan biaya yang besar. Eksploitasi besar-besaran juga akan mengakibatkan penipisan yang progresif dan perubahan hidrologis dapat meningkatkan ancaman wabah belalang, karena belalang berkumpul dalam kelompok ketika persediaan makanan terbatas, berkembang biak, dan kemudian menempati wilayah yang lebih luas ketika kondisi membaik.

Masyarakat gurun hanya mendapat sedikit manfaat dari eksploitasi mineral bahkan mungkin justru sebaliknya. Menurunnya penggembalaan nomaden, yang dimulai dengan pengamanan, telah dipercepat dengan perubahan kondisi ekonomi dan kebijakan pemukiman resmi. Degradasi lingkungan yang meluas semakin mendorong perpindahan kaum nomaden ke oasis dan kota. Ini mengakibatkan kepadatan penduduk dan kemiskinan.

Upah yang tinggi di ladang minyak menarik tenaga kerja, tetapi mengganggu kehidupan tradisional serta lapangan pekerjaan relatif sedikit dan tidak permanen. Dari produk-produk tradisional gurun hanya kurma yang memiliki kepentingan komersial yang besar. Pekerjaan di bidang industri untuk mengurangi pengangguran yang semakin meningkat masih belum menghasilkan banyak kemajuan.

Pada awal abad ke-21, proyek-proyek energi terbarukan, khususnya yang berfokus pada tenaga angin dan surya, terus dikembangkan dan berpotensi menyediakan energi yang cukup untuk memungkinkan negara-negara di kawasan ini memproduksi dan memproses barang-barang secara lokal, sehingga akan menjadi keuntungan bagi perekonomian mereka. Namun, proyek energi terbarukan terhambat oleh faktor-faktor seperti iklim gurun yang keras, kurangnya air untuk mengoperasikan dan memelihara peralatan, biaya keseluruhan yang terlalu tinggi untuk melakukan hal tersebut dan masalah keamanan.

Pariwisata telah berkembang pesat sejak pertengahan abad ke-20. Meskipun demikian, kesulitan transportasi dan penyediaan akomodasi telah membatasi pariwisata di pinggiran Sahara.

Secara tradisional, perjalanan di Sahara dilakukan dengan karavan unta dan lambat, sulit, serta berbahaya. Selain bahaya tersesat, panas berlebih, badai pasir yang menyesakkan, dan kematian karena kelaparan ditambah lagi dengan serangan perampok. Meskipun demikian, perdagangan trans-Sahara sepanjang rute karavan yang menghubungkan oasis telah bertahan sejak awal.

Sebagian besar rute utama berada di sebelah barat Pegunungan Tibesti dan cenderung bergeser seiring berjalannya waktu, meskipun rute paling timur digunakan terus menerus melalui berabad-abad. Di sebelah timur Pegunungan Tibesti terdapat sedikit oasis, tetapi darb al-arbain di sebelah barat Sungai Nil, dulunya merupakan jalur budak.

Emas, gading, Budak, dan garam merupakan barang perdagangan utama pada masa-masa sebelumnya. Namun saat ini karavan unta hampir berhenti, kecuali sisa perdagangan garam dari Gunung Ijill, Bilma, dan Taoudenni, Mali.

Jalur utama tetap digunakan oleh truk bermotor yang dilengkapi peralatan khusus dan sering kali melakukan konvoi. Jalan raya modern telah diperluas lebih jauh di sepanjang jalur perdagangan kuno menuju gurun.

Di luar jalur utama, jaringan jalur yang dikenali dapat dilalui kendaraan bermotor dengan hati-hati. Namun di gurun terbuka, kendaraan roda empat sangatlah penting dengan setidaknya dua kendaraan, cadangan yang cukup, dan persediaan darurat berupa bahan bakar, makanan, dan air dalam jumlah besar, terutama di musim panas, ketika peraturan khusus berlaku bagi semua pelancong.

Di wilayah yang luas, peta tidak memadai dan metode navigasi mungkin diperlukan. Untuk melengkapi perjalanan darat, banyak layanan udara internasional melintasi Sahara dengan penerbangan terjadwal, sementara layanan lokal menghubungkan pusat-pusat utama yang dihuni satu sama lain. Pembangunan perkeretaapian masih terbatas.

Catatan klasik menggambarkan Sahara seperti sekarang. Orang Mesir hanya menguasai oasis di dekatnya dan kadang-kadang menguasai wilayah di selatan. Sementara orang Kartago rupanya melanjutkan hubungan komersial dengan interior yang telah terjalin selama Zaman Perunggu.

Herodotus menggambarkan penyeberangan gurun oleh ekspedisi Berber pada abad ke-5 SM dan ketertarikan Romawi terhadap Sahara didokumentasikan dalam serangkaian ekspedisi antara tahun 19 SM dan 86 M. Deskripsi Sahara dalam karya Strabo, Pliny the Elder, dan Ptolemy mencerminkan meningkatnya minat terhadap gurun.

Eksplorasi geografis, yang disponsori oleh Abbasids, Faimids, Mamluk, dan istana lain di Timur Tengah, Afrika Utara, dan Spanyol Moor, tersebar luas selama periode abad pertengahan. Deskripsi Sahara terdapat dalam karya banyak penulis Arab, termasuk al-Yaqubi, ash-Sharif al-Idrisi, dan Ibn Battutah.

Wisatawan abad pertengahan dengan motif keagamaan dan komersial berkontribusi lebih jauh pada pemahaman tentang Sahara dan masyarakatnya. Atlas Catalan karya Abraham Cresque, yang diterbitkan untuk Charles V dari Prancis sekitar 1375, memperbarui minat orang Eropa terhadap gurun. Atlas tersebut berisi informasi berdasarkan pengetahuan para pedagang Yahudi yang aktif di Sahara.

Penerbitannya diikuti oleh periode aktivitas intens Portugis, Venesia, Genoa, dan Florentine di sana. Yang paling terdokumentasi dengan baik ialah perjalanan penjelajah abad ke-15 seperti Alvise Cada Mosto, Diogo Gomes, dan Pedro de Sintra.

Meningkatnya minat terhadap Sahara di Eropa utara tercermin dalam perjalanan dan tulisan ahli geografi Belanda abad ke-17 Olfert Dapper. Penjelajahan Sahara oleh bangsa Eropa berikutnya sebagian besar karena ketertarikan pada jalur air utama di pedalaman Afrika dimulai dengan sungguh-sungguh pada abad ke-19.

Upaya menentukan arah Sungai Niger membawa penjelajah Inggris Joseph Ritchie dan George Francis Lyon ke daerah Fezzan pada 1819. Pada 1822, penjelajah Inggris Dixon Denham, Hugh Clapperton, dan Walter Oudney berhasil melintasi gurun dan menemukan Danau Chad.

Penjelajah Skotlandia Alexander Gordon Laing menyeberangi Sahara dan mencapai kota Timbuktu yang terkenal pada 1826, tetapi dia terbunuh di sana sebelum dia dapat kembali. Penjelajah Prancis Rene Caillie, yang menyamar sebagai orang Arab, kembali dari kunjungannya ke Timbuktu dengan melintasi Sahara dari selatan ke utara pada 1828.

Ekspedisi penting lain dilakukan oleh ahli geografi Jerman Heinrich Barth sepanjang 1849–1855, penjelajah Perancis Henri Duveyrier (1859–1862), dan penjelajah Jerman Gustav Nachtigal (1869–1875), dan Gerhard Rohlfs (1862–1878). Setelah pendudukan militer di Sahara oleh berbagai kekuatan kolonial Eropa, eksplorasi yang lebih rinci dilakukan. Pada akhir abad ke-19 ciri-ciri utama gurun telah diketahui.

Kegiatan politik, komersial, dan ilmiah yang dimulai pada abad ke-20 meningkatkan pengetahuan tentang Sahara secara signifikan, meskipun wilayah gurun yang luas masih terpencil. (Fer/Z-2)

TEMPO.CO, Jakarta - Gurun Sahara salah satu padang pasir terbesar di dunia. Mengutip Britannica, luas Gurun Sahara dari timur ke barat sekitar 4.800 kilometer dan 172.000 kilometer membentang dari utara ke selatan. Gurun Sahara berbatasan dengan Samudra Atlantik di bagian barat, Laut Merah di timur, Pegunungan Atlas dan Laut Mediterania di bagian utara, dan wilayah vegetasi, Sahel di sisi selatan.

Apa saja fakta tentang Gurun Sahara?

1. Daerah tertinggi dan terendah

Mengutip dari ThoughtCo, puncak tertinggi Gurun Sahara adalah Emi Koussi, gunung berapi yang tingginya 3.415 meter yang menjadi bagian dari Pegunungan Tibesti di wilayah Chad. Sedangkan titik terendah Gurun Sahara, yakni cekungan Qattara Depression di wilayah Mesir dengan kedalaman 133 meter di bawah permukaan laut.

Banyak spesies tumbuhan dan hewan di Gurun Sahara. Mengutip World Wildlife Fund, sekitar 500 spesies tanaman, 70 spesies mamalia, 90 spesies burung dan 100 spesies reptil tersebar di seluruh Gurun Sahara. Banyak pula ditemukan berbagai macam spesies laba-laba, kalajengking, dan artropoda kecil lainnya yang hidup di Gurun Sahara.

Mata Biru sebutan formasi geologi Gurun Sahara. Mengutip Geology Science, formasi geologi ini kawah yang terbentuk ketika benda dari luar angkasa menabrak Bumi. Struktur dari Mata Biru ini terdiri atas batuan vulkanik, gabro, dan kimberlite yang strukturnya kubah berbentuk elips terkikis dengan diameter 40 kilometer.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Unta merupakan salah satu hewan ikonik dari Gurun Sahara. Mengutip Live Science, meski nenek moyang unta berasal dari Amerika Utara, mamalia besar ini melakukan perjalanan ke Afrika melintasi Selat Bering antara 3 juta dan 5 juta tahun yang lalu. Selanjutnya, unta dijinakkan sekitar 3.000 tahun silam di Semenanjung Arab sebagai hewan transportasi.

Sepanjang tahun, suhu di Gurun Sahara rata-rata sekitar 20 derajat hingga 25 derajat Celsius. Melonjak hingga 49 Celcius pada musim panas pada siang. Turun ke minus 18 Celsius selama musim dingin pada malam hari.

Baca: Salju Selimuti Gurun Sahara dan Arab Saudi

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Gurun Sahara menjadi salah satu gurun terbesar ketiga di dunia setelah Antartika dan Arktik.

Terlebih, iklim Benua Afrika memang dikenal cukup ekstrem dan tentunya cuaca di Gurun Sahara tidak kalah ekstrem.

Penasaran dengan gurun yang satu ini? Apa saja yang ada di sana dan melintasi negara apa saja?

Simak ulasannya berikut ini, ya!

Baca Juga: Fakta Menarik tentang Danau Baikal, Danau Terdalam di Dunia

Gurun Sahara terletak di Afrika Utara, yang mencangkup sepertiga luas Afrika.

Luasnya mencapai 9.200.000 kilometer persegi atau setara dengan luas Cina dan Amerika Serikat, termasuk Alaska dan Hawaii.

Mengutip Live Science, Sahara berbatasan dengan Samudra Atlantik di barat, Laut Merah di timur, Laut Mediterania di utara, dan sabana Sahel di selatan.

Gurun Sahara memiliki berbagai fitur daratan, tetapi yang paling terkenal adalah padang pasir yang sering digambarkan dalam film.

Bukit pasir bisa mencapai hampir 600 kaki (183 meter), dan menutupi sekitar 25 persen dari seluruh gurun.

Fitur topografi di Gurun Sahara juga termasuk pegunungan, dataran tinggi, dataran berpasir dan kerikil, dataran garam, dan cekungan.

Meski sebagian besar wilayah merupakan gurun berpasir dan air menjadi sangat langka, Sahara memiliki dua sungai permanen (Nil dan Niger).

Selain itu, setidaknya terdapat 20 danau musiman dan akuifer besar, yang merupakan sumber utama air untuk lebih dari 90 oasis utama di gurun.

Sudah mulai terbayang seperti apa Gurun Sahara?

Tenang, masih ada beberapa fakta menarik lainnya tentang gurun pasir terluas ini.

Melintasi 10 Negara

Foto: Peta Gurun Sahara (internetgeography.net)

Gurun Sahara mencakup 9,2 juta km².

Dengan luas total 8% dari luas daratan bumi, Sahara melintasi 10 negara.

Negara-negara tersebut adalah Aljazair, Chad, Mesir, Libya, Mali, Mauritania, Maroko, Nigeria, Sudan, dan Tunisia.

Telah berubah selama bertahun-tahun

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Gurun Sahara telah mengalami transformasi yang signifikan sepanjang sejarahnya. Sekitar 5.000 tahun yang lalu, wilayah yang sekarang menjadi Gurun Sahara dikenal sebagai "Sahara Kering" dan memiliki iklim yang jauh lebih lembap daripada saat ini. Padang pasir yang luas ini dulunya merupakan daerah subur dan hijau, dengan sungai-sungai mengalir dan mendukung berbagai macam tumbuhan dan hewan.

Perubahan iklim dan lingkungan terjadi karena pergeseran kemiringan bumi yang lambat, menyebabkan peningkatan suhu dan penurunan curah hujan di wilayah tersebut. Akibatnya, vegetasi dan sumber air berkurang, dan Gurun Sahara yang kita kenal sekarang mulai muncul. Beberapa ilmuwan meyakini bahwa Gurun Sahara memiliki potensi untuk menjadi hijau kembali di masa depan. Konsep ini dikenal sebagai "teori hijau Sahara" yang mencakup ide untuk menghidupkan kembali daerah ini melalui upaya penghijauan dan manajemen air. Namun, rencana semacam itu tentu memerlukan upaya besar dan pemahaman yang mendalam tentang ekosistem dan iklim regional.

Membentang hampir seluruh wilayah Afrika Barat

Gurun Sahara membentang hampir ke seluruh wilayah Afrika Barat dan mencakup sejumlah besar negara. Gurun ini membentang di sepanjang sebelas negara, yaitu Aljazair, Chad, Mesir, Libya, Mali, Mauritania, Maroko, Niger, Sahara Barat, Sudan, dan Tunisia. Gurun Sahara memiliki cakupan geografis yang sangat luas, memainkan peran integral dalam membentuk iklim dan ekosistem di wilayah tersebut. Pasir gurun yang luas, dataran tinggi berbatu, bukit pasir, dan pegunungan adalah beberapa dari beragam karakteristik topografi yang dapat ditemui di Gurun Sahara, menciptakan lanskap yang kaya dan kompleks.

Gurun ini tidak hanya memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan setempat, tetapi juga memegang peranan penting dalam sejarah dan budaya Afrika. Gurun Sahara menjadi saksi perjalanan berabad-abad manusia, serta memberikan warna unik dalam kehidupan sehari-hari dan tradisi masyarakat di sekitarnya. Keberagaman geografi dan sejarahnya menjadikan Gurun Sahara sebagai wilayah yang sangat menarik dan berarti dalam konteks Afrika dan dunia secara lebih luas.

Sepertinya kamu suka baca ini. Ayo lanjut baca!

Tempat terbaik untuk Stargazing

Mengamati bintang di Gurun Sahara adalah salah satu pengalaman luar biasa yang dapat Anda nikmati. Wilayah yang dipenuhi dengan berjuta mil tanah tandus ini menawarkan kondisi ideal untuk pengamatan bintang, di mana polusi cahaya yang minimal atau bahkan tidak ada, memungkinkan langit malam bersinar dengan kejelasan yang luar biasa.

Ketidakberaturan lahan gurun menciptakan latar belakang yang gelap dan hampir bebas gangguan cahaya buatan, memungkinkan Anda menyaksikan seluruh keindahan alam semesta yang terhampar di atas kepala Anda. Pemandangan malam di Gurun Sahara memungkinkan Anda melihat lebih jauh ke dalam ruang angkasa, menyaksikan gemerlap bintang, planet, dan galaksi dengan intensitas yang memukau. Pengalaman ini memberikan perspektif unik tentang kebesaran kosmos dan keindahan langit malam yang seringkali sulit ditemui di daerah dengan polusi cahaya yang tinggi.

Fakta Menarik Gurun Sahara

Berikut ini beberapa fakta menarik yang harus Anda ketahui terkait dengan Gurun Sahara:

Itulah beberapa fakta menarik terkait dengan Gurun Sahara yang nantinya dapat menambah pengetahuan Anda. Sebagian dari Anda tentunya sudah sering mendengar terkait dengan Sahara, tetapi fakta-fakta menarik apa saja yang ada di dalamnya juga perlu Anda ketahui supaya membuat Anda lebih mencintai terkait dengan keindahan dunia.

Gurun Sahara (Arab: الصحراء الكبرى, aṣ-ṣaḥrāʼ al-kubrá, 'Gurun Terbesar') dengan keluasan 9,400,000 km² (3,630,000 batu persegi) merupakan gurun panas terbesar di dunia, dan juga gurun kedua terbesar selepas Antartika. Sahara terletak di Afrika Utara dan berkemungkinan setua 2.5 juta tahun. Nama Sahara berasal daripada perkataan Arab - (صحراء (bantuan·maklumat)) - yang bermaksud "padang pasir".[1]

Lautan Atlantik terletak di barat Sahara manakala Pergunungan Atlas serta Laut Mediterranean terletak di utara. Laut Merah dan Mesir terdapat di timur dan Sudan serta lembah Sungai Niger boleh ditemui di selatan Sahara.

Sahara membahagikan benua Afrika kepada rantau utara dan pinggirnya.

Purata hujan tahunan antara paling rendah di utara dan selatan pinggir gurun hingga hampir tidak wujud di bahagian tengah dan timur. Pinggir utara nipis gurun menerima lebih banyak keawanan musim sejuk dan hujan disebabkan ketibaan sistem tekanan rendah di Laut Mediterranean bersama perenggan kutub, walaupun sangat dilemahkan oleh kesan bayang hujan gunung dan purata hujan tahunan antara 100 milimeter (4 in) hingga 250 milimeter (10 in). Contohnya, Biskra, Algeria, dan Ouarzazate, Maghribi, dijumpai di zon ini. Pinggir selatan gurun bersama sempadan dengan Sahel menerima keawanan musim panas dan hujan disebabkan ketibaan Zon Pumpunan Antara Tropika dari selatan dan hujan purata tahunan antara 100 milimeter (4 in) hingga 250 milimeter (10 in). Contohnya, Timbuktu, Mali dan Agadez, Niger dijumpai di zon ini. Teras gersang hiper tengah gurun yang luas terbentang hampir-hampir tidak pernah terjejas oleh lekukan atmosfera utara atau selatan dan kekal di bawah pengaruh rejim cuaca antisiklon yang terkuat, dan hujan purata tahunan boleh jatuh hingga kurang daripada 1 milimeter (0.04 in). Sebenarnya, sebahagian besar Sahara menerima kurang daripada 20 milimeter (0.8 in). Daripada 9,000,000 kilometer persegi (3,500,000 bt2) tanah gurun di Sahara, keluasan sekitar 2,800,000 kilometer persegi (1,100,000 bt2) (sekitar 31% jumlah luas) menerima jumlah hujan purata tahunan 10 milimeter (0.4 in) atau kurang, manakala beberapa 1,500,000 kilometer persegi (580,000 bt2) (sekitar 17% jumlah luas) menerima purata 5 milimeter (0.2 in) atau kurang.[2] Hujan purata tahunan hampir-hampir sifar di kawasan luas beberapa 1,000,000 kilometer persegi (390,000 bt2) di timur Sahara terdiri daripada gurun: Libya, Mesir dan Sudan (Tazirbu, Kufra, Dakhla, Kharga, Farafra, Siwa, Asyut, Suhaj, Luxor, Aswan, Abu Simbel, Wadi Halfa) di mana min jangka panjang kira-kira 0.5 milimeter (0.02 in) setiap tahun.[2] Hujan sangat tidak boleh diharap dan tidak menentu di Sahara kerana ia boleh sangat berubah-ubah mengikut tahun. Berbanding penuh dengan jumlah hujan tahunan yang sedikit sahaja, purata tahunan penyejatan berpotensi adalah terlalu tinggi, roughly antara 2,500 milimeter (100 in) per tahun hingga lebih daripada 6,000 milimeter (240 in) per tahun di seluruh gurun.[3] Tiada tempat lain di Bumi mempunyai udara yang dijumpai sekering dan sesejat di rantau Sahara. Walau bagaimanapun, sekurang-kurangnya dua kejadian salji tercatat di Sahara, pada bulan Februari 1979 dan Disember 2016, kedua-dua di bandar Ain Sefra.[4]

Templat:Regions of Africa

Gurun Sahara adalah gurun yang terletak di Benua Afrika, yang mana meliputi negara Algeria, Chad, Mesir, Libya, Mali, Mauritania, Nigeria, Sahara Barat, Sudan, dan Tunisia. Karena begitu luasnya, Gurun Sahara tersebut mencakup lebih dari 30 persen wilayah Benua Afrika. Akan tetapi, tahukah kamu kalau wilayah Sahara tidak selalu berupa gurun. Wilayah tersebut dulunya pernah menjadi wilayah oasis, Sobat Preparizen!

Sebelum SiagaBencana.com membahal lebih lanjut, oasis adalah tempat di padang pasir yang berair cukup untuk tumbuhan dan manusia. Sekitar 11.000 tahun lalu, Gurun Sahara bukanlah wilayah gurun berpasir, melainkan wilayah yang dipenuhi tumbuhan. Bahkan, Gurun Sahara memiliki badan air berupa danau besar seluas 108,779 kilometer persegi.

Nah, kali ini SiagaBencana.com menjelaskan perubahan oasis berubah menjadi gurun seutuhnya.

Perubahan di Wilayah Sahara

Perubahan wilayah Gurun sahara berubah secara alami, teman-teman. Curah hujan di sana tidak pernah tetap karena dipengaruhi oleh perubahan orbit Bumi. Perubahan tersebut juga memengaruhi jumlah energi matahari di Sahara. Semakin banyak energi matahari, semakin sedikit pula hujan yang turun di Gurun Sahara.

Oleh karena itu, iklim di Sahara pun selalu berubah. Perlahan-lahan, iklim di Gurun Sahara berubah antara lembap dan kering selama ribuan tahun. Akan tetapi, sekitar 8.000 – 4.500 tahun yang lalu keadaan itu berubah. Gurun Sahara berubah dari lembap menjadi kering, lebih kering dari biasanya, dan tidak berubah lagi.

Bahkan menurut ilmuwan, iklim kering Sahara yang tidak berubah lagi ini juga dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Para ahli pun menemukan bahwa seiring manusia berpindah di sepanjang wilayah Sahara, tumbuhan di sana semakin berkurang. Salah satu perkiraan ilmuwan adalah manusia menggembala hewan ternak dan hewan ternak tersebut memakan tumbuhan di Sahara secara berlebihan.

Semakin berkurangnya tumbuhan, akhirnya kelembapan semakin berkurang. Sehingga, menyebabkan erosi permukaan tanah dan tumbuhan tidak bisa tumbuh. Akan tetapi, arkeolog juga menemukan bahwa peradaban kuno Afrika sempat mengembalikan kondisi Shara menjadi oasis, tapi tidak berlangsung dalam waktu lama, yakni sekitar tahun 1 – 500 Masehi.

Saat ini, wilayah Gurun Sahara semakin meluas karena disebabkan oleh perubahan alami dan perubahan iklim. Di masa depan, Gurun Sahara mungkin saja menjadi oasis lagi. Namun, manusia juga perlu membantu perubahan itu selain perubahan alami yang bisa terjadi.  (MA)