Surga Seorang Perempuan Yang Sudah Menikah

Surga Seorang Perempuan Yang Sudah Menikah

Pertama, Khadijah binti Khuwailid

Khadijah binti Khuwailid istri pertama Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang luar biasa dalam sejarah Islam. Ia dikenal sebagai wanita mulia yang menjadi salah satu pendukung utama Nabi dalam dakwahnya.

Khadijah juga salah satu wanita yang dijanjikan surga oleh Allah subhanahu wa ta’ala sebagaimana dalam hadis dijelaskan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

أَتَى جِبْرِيلُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذِهِ خَدِيجَةُ قَدْ أَتَتْكَ مَعَهَا إِنَاءٌ فِيهِ إِدَامٌ أَوْ طَعَامٌ أَوْ شَرَابٌ فَإِذَا هِيَ أَتَتْكَ فَاقْرَأْ عَلَيْهَا السَّلَامَ مِنْ رَبِّهَا عَزَّ وَجَلَّ وَمِنِّي وَبَشِّرْهَا بِبَيْتٍ فِي الْجَنَّةِ مِنْ قَصَبٍ لَا صَخَبَ فِيهِ وَلَا نَصَبَ

Pada suatu ketika Jibril pernah datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil berkata, ‘Wahai Rasulullah, ini dia Khadijah. Ia datang kepada engkau dengan membawa wadah berisi lauk pauk, atau makanan atau minuman.’ ‘Apabila ia datang kepada engkau, maka sampaikanlah salam dari Allah dan diriku kepadanya. Selain itu, beritahukan pula kepadanya bahwa rumahnya di surga terbuat dari emas dan perak, yang di sana tidak ada kebisingan dan kepayahan di dalamnya. (HR. Bukhari, no. 3820 dan Muslim, no. 2432).

Kedua, Maryam binti Imran

Maryam binti Imran adalah ibu dari Nabi Isa yang dianggap sebagai salah satu nabi besar dalam Islam. Kehamilannya secara ajaib tanpa hubungan manusia membuatnya menjadi tanda kebesaran Allah. Dia adalah contoh ketabahan dan kepatuhan kepada Allah, menerima takdir-Nya dengan penuh keberanian dan keyakinan.

Selain itu, Maryam juga dikenal sebagai  salah satu wanita paling dihormati dalam Islam karena ia mendedikasikan hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah.

Terlepas dari semua kesulitan yang dihadapinya dari orang-orang yang menuduh kesuciannya, dia tetap teguh dan menaati Allah dengan iman yang tak henti-hentinya. Allah menggambarkannya sebagai Al-Qonitin yaitu  orang yang taat dan taat.

Sebagaimana disebutkan dalam Surat Thamrin ayat 12, yang berbunyi:

وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرٰنَ الَّتِيْٓ اَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيْهِ مِنْ رُّوْحِنَا وَصَدَّقَتْ بِكَلِمٰتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهٖ وَكَانَتْ مِنَ الْقٰنِتِيْنَ

Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan kitab-kitab-Nya; dan dia termasuk orang-orang yang taat. (QS. Thamrin: 12).

Lihat halaman berikutnya >>>

Di antara 4 wanita yang dirindukan surga berikutnya adalah Maryam binti Imran. Dia lahir di Nashirah, Nazareth, Palestina dari rahim seorang ibu bernama Hannah binti Faqudha, istri Ali Imran bin Matsan.

Dari garis ayah, leluhur Maryam sampai kepada Nabi Daud Alaihissalam. Sementara Hannah adalah adik dari istri Nabi Zakaria. Sehingga Maryam adalah keponakan Nabi Zakaria alahissalam. Bahkan saat masih kecil disebutkan Maryam pernah diasuh oleh Nabi Zakaria.

Keluarga Imran menjadi salah satu yang terpilih oleh Allah SWT. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al Qur'an Surat Ali imran ayat 33:

إِنَّاللَّهَاصْطَفَىٰآدَمَوَنُوحًاوَآلَإِبْرَاهِيمَوَآلَعِمْرَانَعَلَىالْعَالَمِينَ

Arab-Latin: Innallāhaṣṭafā ādama wa nụḥaw wa āla ibrāhīma wa āla 'imrāna 'alal-'ālamīn

Artinya : Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat

Di kalangan masyarakat Bani Israil ketika itu, keluarga Imran sangat terpandang. Namun sekian lama Imran menikah dengan Hannah binti Faqudha, mereka tak kunjung dikarunia seorang anak.

Imran dan istrinya yang salehah tetap bersabar sambil terus berdoa agar mendapatkan keturunan yang salehah. Doa Hannah diabadikan dalam Al Qur'an surat Ali Imran ayat 35 berikut ini:

إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي ۖ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Arab-Latin: Iż qālatimra`atu 'imrāna rabbi innī nażartu laka mā fī baṭnī muḥarraran fa taqabbal minnī, innaka antas-samī'ul-'alīm

Artinya; (Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".

Allah SWT mengabulkan doa istri Ali Imran. Sayang sebelum sang anak lahir, Ali Imran sudah meninggal dunia. Tanpa didampingi sang suami, Hannah melahirkan seorang anak perempuan yang kemudian diberi nama Maryam. Hannah berdoa agar Allah SWT melindungi Maryam dan keturunannya dari godaan syaithan yang terkutuk.

Sesuai nazarnya, Hannah kemudian mengirimkan Maryam ke Baitul Maqdis. Setelah dilakukan musyawarah oleh masyarakat kala itu, perawatan Maryam akhirnya jatuh ke Nabi Zakaria sang paman. Nabi Zakaria merawat Maryam di Baitul Maqdis.

Di Baitul Maqdis, Maryam tinggal di tempat khusus. Dia menghabiskan waktu untuk beribadah kepada Allah SWT. "Banyak berdoa, berdzikir, sholat, ketika malama ia melakukan sholat malam, ketika siang tiba dia berpuasa dan beribadah," kata Dr. Halimi Zuhdy, M.Pd., MA, dalam makalah yang berjudul Perempuan Suci, Pengabdi , Menjejak Langit Ilahi yang disampaikan di Aula Bruderan Budi Mulia Lawang Malang, pada tanggal 21 Mei 2017.

Dikutip dari buku berjudul Surga Kenikmatan yang Kekal karya Mahir Ahmad Ash-Shufiy, Dalam Musnad karya Ahmad, Musyikul Atsar karya Ath-Thahawiy dan Mustadrak karya Hakim diceritakan tentang keutamaan Maryam binti Imran. Maryam merupakan satu-satunya perempuan yang namanya diabadikan menjadi nama surat dalam Al Qur'an.

Disebutkan dalam Kitab, al-Jami' litafsir ahkam karya Abu 'Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr Al-Anshari al-Qurthub, di dalam Al Qur'an, Allah menyebut nama Maryam sebanyak 30 kali. Di ataranya dalam Surat Ali Imran ayat 42 dan Surat Al Thamrim ayat 12.

Keutamaan Maryam binti Imran disebutkan dalam Al Qur'an Surat Ali Imran ayat 42:

وَإِذْقَالَتِالْمَلَائِكَةُيَامَرْيَمُإِنَّاللَّهَاصْطَفَاكِوَطَهَّرَكِوَاصْطَفَاكِعَلَىٰنِسَاءِالْعَالَمِينَ

Arab-Latin: Wa iż qālatil-malā`ikatu yā maryamu innallāhaṣṭafāki wa ṭahharaki waṣṭafāki 'alā nisā`il-'ālamīn

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).

Juga dalam Al Qur'an Surat Al Thamrim ayat 12:

وَمَرْيَمَابْنَتَعِمْرَانَالَّتِيأَحْصَنَتْفَرْجَهَافَنَفَخْنَافِيهِمِنْرُوحِنَاوَصَدَّقَتْبِكَلِمَاتِرَبِّهَاوَكُتُبِهِوَكَانَتْمِنَالْقَانِتِينَ

Arab-Latin: Wa maryamabnata 'imrānallatī aḥṣanat farjahā fa nafakhnā fīhi mir rụḥinā wa ṣaddaqat bikalimāti rabbihā wa kutubihī wa kānat minal-qānitīn

Artinya: Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.

Dalam Shahih Bukhari dari Ali bin Abi Thalib, Rasulullah SAW bersabda:

"Sebaik-baik perempuan adalah Maryam dan sebaik-baik perempua adalah Khadijah."

Maryam binti Imran kemudian melahirkan Nabi Isa Alaihissalam yang kisahnya bisa dibaca di artikel ini:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

detikers, setiap sore Tim Hikmah detikcom menurunkan kisah-kisah inspiratif dari Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Kumpulan berita harian Hikmah terbaru dan terlengkap seputar Islam dan kisah inspiratif bisa dibaca di sini.

Jakarta, Aktual.com — Dalam bingkai biduk rumah tangga, pasangan suami dan istri masing-masing memiliki hak dan kewajiban. Suami sebagai pemimpin yang berkewajiban menjaga istri dan anak-anaknya secara baik dalam urusan agama atau dunianya. Dan, menafkahi mereka dengan memenuhi kebutuhan makanan, minuman, berpakaian dan tempat tinggalnya.

Tanggung jawab suami memang tidak ringan. Oleh karena itu harus diimbangi dengan ketaatan seorang istri terhadap suaminya. Kewajiban seorang istri dalam urusan suaminya berada setahap setelah kewajiban dalam urusan agamanya. Hak suami di atas hak siapapun setelah hak Allah SWT dan Rasul-Nya, termasuk hak kedua orang tua. Mentaatinya dalam perkara yang baik menjadi tanggung jawab terpenting bagi seorang istri.

Karena ketaatan istri pada suami adalah jaminan Surganya. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda, “Jika seorang wanita melaksanakan salat lima waktunya, melaksanakan shaum (berpuasa) pada bulannya, menjaga kemaluannya, dan menaati suaminya, maka ia akan masuk Surga dari pintu mana saja ia kehendaki.” (HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya).

“Suami adalah Surga atau Neraka bagi seorang istri. Keridhaan suami menjadi keridhaan Allah SWT. Istri yang tidak diridhai suaminya karena tidak taat dikatakan sebagai wanita yang durhaka dan kufur nikmat,” terang Ustadzah Nur Hasanah, MA, kepada Aktual.com, pada Selasa (09/02) malam, di Jakarta.

Menurut Ustadzah Hasanah, suatu hari Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa Beliau melihat wanita adalah penghuni Neraka terbanyak. Seorang wanita pun bertanya kepada Beliau mengapa demikian? Rasulullah pun menjawab bahwa di antaranya karena wanita banyak yang durhaka kepada suaminya. (HR. Bukhari Muslim)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW berkata, “Kalau aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain, maka aku akan memerintahkan para istri untuk sujud kepada suaminya, disebabkan karena Allah SWT telah menetapkan hak bagi para suami atas mereka (para istri). (HR Abu Dawud, Tirmidzi, ia berkata, “Hadis hasan shahih.”)

“Yang harus kita ketahui sebagai seorang istri adalah hak suami berada di atas hak siapapun manusia termasuk hak kedua orang tua. Hak suami bahkan harus didahulukan oleh seorang istri daripada ibadah-ibadah yang bersifat sunah,” urai ia menjelaskan.

“Di antara kewajiban seorang istri atas suaminya adalah hendaknya seorang istri benar-benar menjaga amanah suami di rumahnya, baik harta suami dan rahasia-rahasianya. Begitu juga bersungguhnya-sungguh mengurus urusan-urusan rumah,” tuturnya lagi.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dan wanita adalah penanggung jawab di rumah suaminya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban.” (HR Bukhari Muslim)

Allah SWT telah berfirman,

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ ۚ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ ۚ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ ۖ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا

Artinya, “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah SWT telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah SWT, lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah SWT telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (An Nisa : 34)

“Ibnul Qayyim berdalil dengan ayat di atas, jika suami menjadi pelayan bagi istrinya, dalam memasak, mencuci, mengurus rumah dan lain-lain, maka itu termasuk perbuatan munkar. Karena berarti dengan demikian sang suami tidak lagi menjadi pemimpin. Justru karena tugas-tugas istri dalam melayani suami lah, Allah SWT mewajibkan para suami untuk menafkahi istri dengan memberinya makan, pakaian dan tempat tinggal,” terang Ustadzah Hasanah.

Namun, sekarang para Muslimah tidak hanya bekerja di dapur dan sebagian besar waktunya berada di luar rumah. Apakah hal tersebut dilarang oleh Islam?. Dan, apakah wanita itu berdosa terhadap suaminya?.

“Untuk hal tersebut sebenarnya sudah menjadi kewajiban seorang istri akan tetapi jika hal itu mendapatkan izin dari seorang suami, dan jika penghasilan suami belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok akan tetapi ingat harus dengan izin seorang suami,” tegas ibu dua anak ini.

لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ ۖ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ ۚ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا ۚ سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا

Artinya, “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah SWT kepadanya. Allah SWT tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah SWT berikan kepadanya. Allah SWT kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (At Talaq : 7)

“Seorang istri yang baik tidak boleh memaksa suami untuk memberinya belanja lebih dari kemampuan konkret sang suami. Jadi, Jangan memaksa suami mencari hutang dan meminjam ke kanan – kiri untuk memenuhi hasrat sang istri dalam menutup belanja keluarganya yang telah ditargetkan setiap bulannya. Bila istri sanggup untuk bekerja (Dengan izin suami), maka hendaknya ia membantu suaminya untuk meringankan beban nafkah suami dengan begitu sang istri akan mendapatkan dua pahala yaitu pahala kekeluargaan dan pahala sedekah,” sambung ia menambahkan. Bersambung…

Artikel ini ditulis oleh:

Jika kamu memiliki anggaran besar dan ingin menghadiahkan sesuatu yang menonjol, kamu bisa memberinya emas. Seperti menghadiahkan gelang, cincin, anting-anting, atau sesuatu yang sekecil koin satu gram. Barang yang kamu pilih akan bergantung pada budget, dan tentu saja ini menguntungkan. Selain sebagai hadiah unik, emas juga bisa menjadi teman di saat sulit.

Surga digambarkan sebagai tempat yang sangat indah dan didambakan oleh umat Muslim. Banyak amalan yang harus dilakukan agar kita bisa masuk ke tempat terindah itu.

Beauties, ada empat perempuan yang dijanjikan surga oleh Allah SWT. Keempat perempuan ini dikenal memiliki watak yang mulia dan selalu beriman kepada-Nya.

Melansir detikHikmah, Rasulullah SAW sendiri lah yang mengabarkan hal tersebut yang telah diriwayatkan dalam sebuah hadist. Beliau bersabda:

"Sebaik-baik wanita surga adalah Khadijah binti Khuwalaid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiyah binti Muzahim istri Fir'aun." (HR Ibnu Hibban, Ahmad, Abu, Ya'la, Ath-Thabrani, Abu Daud, dan Al-Hakim).

Mengapa keempat perempuan itu dijamin masuk surga oleh Allah SWT? Di bulan Ramadan yang suci ini, yuk, kita simak kisah-kisahnya di bawah ini yang dilansir dari Muslim Women of Australia!

Ilustrasi Perempuan yang Dijamin Surga Oleh Allah /Foto: Getty Images/iStockphoto/vanbeets via detikcom

Khadijah adalah istri dari Nabi Muhammad SAW. Ia adalah seorang janda dan pebisnis perempuan yang sangat kaya raya. Ia menikahi Rasulullah SAW karena akhlaknya yang baik.

Ia dikenal sebagai istri yang sangat setia dan mendukung Rasulullah dalam perjalanan spiritualnya. Selain menerima dan memeluk agama Islam, ia mendukung suaminya secara finansial, emosional, dan moral.

Mengutip Muslim Women of Australia, salah satu bentuk dukungannya dapat dilihat saat Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan ke gua Hira. Di umurnya yang tidak lagi muda, ia kerap mendaki gua untuk memberi suaminya makanan tanpa adanya pertanyaan mengapa suaminya berdiam diri di gua.

Kematiannya membuat Rasulullah SAW dirundung duka. Bahkan, tahun itu disebut dengan tahun kesedihan.

Sang Nabi mengingatnya sebagai sosok perempuan yang selalu mendukungnya tanpa henti di jalan Allah SWT. Maka dari itu, Allah menjanjikannya sebuah surga di kehidupan selanjutnya.

Ilustrasi Muslimah /Foto: Foto: Getty Images/iStockphoto/vanbeets via detikcom

Perempuan yang dijanjikan surga oleh Allah selanjutnya ialah anak bungsu dari Nabi Muhammad SAW dan Khadijah. Perempuan itu bernama Fatimah.

Fatimah hidup di zaman ketika orang beriman mengalami cobaan yang bertubi-tubi dari kaum Quraisy. Meski begitu, ia tumbuh dengan iman yang kuat dan dikenal sangat melindungi ayahnya sejak ia kecil.

Sebagai contohnya, ia pernah menyaksikan ketika kaum Quraisy, salah satunya Abu Jahal, melempar kotoran unta ke punggung ayahnya saat berdoa. Melihat kejadian itu, Fatimah langsung membersihkan kotoran tersebut dari punggung sang ayah.

Setelah ibunya meninggal, Fatimah lebih protektif kepada ayahnya. Seperti ibunya dulu, ia mendukung segala kebutuhan ayahnya sampai disebut 'Umm abi-ha: Ibu dari seorang ayah.'.

Rasulullah SAW menyebutnya sebagai seorang perempuan yang paling hebat sepanjang masa. Dengan kebaikan hatinya, kesalehannya, dan kesederhanaannya, ia dijanjikan surga dan mendapat predikat 'Perempuan Pemimpin Surga'.

Ilustrasi Muslimah /Foto: iStock via detikcom

Maryam adalah ibu dari Nabi Isa AS. Di saat berusia muda, ia hidup di pengasingan dan menghabiskan waktunya hanya untuk berdoa dan menyembah Allah SWT.

Suatu hari, Allah SWT memberinya seorang anak yang saleh. Ketika ia pulang, ia dituduh berzina dan dihukum karena merusak nama baik keluarganya.

Sebelum dihukum, mukjizat lain datang kepadanya yakni anak bayinya dapat berbicara dan mengatakan hal yang sebenarnya. Sehingga, ia terbebas dari tuduhan tersebut.

Maryam tahu bahwa dirinya akan dijauhi oleh orang-orang. Namun, ia tak takut dan terus menguatkan iman dan tawakkalnya. Ia yakin bahwa Allah SWT akan selalu melindunginya di situasi apa pun.

Surga berada di tangan Maryam karena telah menyerahkan hidupnya kepada Allah SWT. Kisah Maryam dapat ditemukan dalam beberapa surat di Alquran, salah satunya At-Tahrim ayat 12.

"Dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan kitab-kitab-Nya; dan dia termasuk orang-orang yang taat." (At-Tahrim ayat 12)

Ilustrasi seorang muslimah / Foto: Getty Images/iStockphoto/vanbeets via detikcom

Asiyah adalah istri dari Raja Fir'aun. Ia memeluk agama Islam yang dibawa oleh Nabi Musa, seorang nabi yang telah ia rawat sejak kecil.  Hal tersebut membuat suaminya sangat murka.

Raja Fir'aun memberikan dua pilihan kepada istrinya. Yang pertama, percaya bahwa Fir'aun adalah Tuhan dan tetap hidup sejahtera dengannya. Yang kedua, tetap memeluk agama baru (Islam) dan menerima hukuman darinya.

Perempuan itu tetap memegang teguh pilihannya bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan di muka bumi ini. Mendengar hal itu, suaminya menghukumnya di sebuah padang pasir secara kejam hingga meninggal dunia.

Sebelum meninggal, Asiyah memanjatkan doa kepada Allah SWT. Doa tersebut tertulis dalam surat aT-Tahrim ayat 11 yang berbunyi:

"Dan Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: 'Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.'" (At-Tahrim ayat 11)

Dengan keikhlasannya dan sikapnya selalu bertaqwa kepada Allah, ia menjadi salah satu perempuan yang dijanjikan surga oleh Allah SWT.

Lengkap sudah kisah empat perempuan mulia yang telah dijamin masuk surga. Di bulan Ramadan ini, mari kita menauladani segala perbuatan-perbuatan baiknya, Beauties.

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap umat Muslim menginginkan surga Allah. Surga adalah janji Allah SWT kepada mereka yang beriman dan beramal saleh, tempat yang penuh dengan kenikmatan dan kebahagiaan yang abadi.

Terdapat 4 wanita Muslim yang telah Allah janjikan surga karena akhlaknya yang terpuji.